Samarinda Seberang merupakan titik awal berdirinya Kota Samarinda.
Sejarah terbentuknya Samarinda Seberang sendiri dimulai sekitar Tahun
1667. Saat itu sebagian orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa
(Sulawesi Selatan) meminta suaka kepada Sultan Kutai. Mereka kemudian
diberikan kesempatan oleh Sultan Kutai untuk membuka perkampungan di
suatu Tanah Rendah.
Rombongan orang-orang Bugis Wajo ini
dipimpin oleh Poea Adi. Sebagai imbalannya, perkampungan yang terbentuk
juga dimaksudkan sebagi pertahanan dari serangan musuh. Sultan Kutai
yang bijak memberi nama perkampungan ini “Sama Rendah”, yang dimaksudkan
bahwa setiap penduduk baik asli maupun pendatang berderajat sama. Tak
ada perbedaan antara suku Bugis, Kutai, Banjar dan suku lainnya.
Diperkirakan pelafalan Sama Rendah ini lama-kelamaan berubah menjadi
Samarinda.
Banyaknya orang Bugis yang masuk ke daerah Kerajaan Kutai ini diperkirakan juga merupakan proses syiar Islam yang dibawa oleh para pedagang muslim dari Sulawesi Selatan.
Masjid Shirathal Mustaqiem
Pada tahun 1881 didirikanlah Masjid Shirathal Mustaqiem oleh Sayyid Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf atau dikenal juga dengan nama Pangeran Bendahara. Kini masjid yang berada di Samarinda Seberang ini menjadi salah satu icon Kota Samarinda karena merupakan masjid tertua sekaligus berlatar belakang sejarah berdirinya Kota Samarinda. Masjid yang terbuat dari kayu ulin ini tak banyak berubah sejak awal didirikannya. Empat buah tiang penyangganya terbuat dari kayu ulin utuh dan mimbarnyapun terbuat dari kayu ulin dengan ukiran yang indah.
Bagian dalam Masjid Shirathal Mustaqiem
Bagi pelancong yang mengunjungi Kota Samarinda, alangkah baiknya bila tidak melewatkan Kecamatan Samarinda Seberang. Dari pusat kota, Samarinda Seberang bisa dicapai dengan menyeberangi Sungai Mahakam melalui Jembatan Mahakam, kemudian belok kiri menyusuri Jl. Bung Tomo hingga Jl. Pangeran Bendahara, yang termasuk kedalam Kelurahan Baqa dan Kelurahan Masjid.
Apa saja yang dapat ditemui di Samarinda Seberang ini? Di Jl. Pangeran Bendahara kita bisa melihat Masjid Shirathal Mustaqiem . Selain itu terdapat pula sebuah rumah tua adat Bugis yang sekarang pengelolaannya telah diambil alih oleh Pemkot Samarinda.
Home Industry Sarung Samarinda
Karena sebagian besar penduduk Samarinda Seberang adalah bersuku Bugis, maka kebudayaan Bugis sangat terasa kental di daerah ini. Salah satu pengaruh Bugis yang telah dikenal luas adalah “Kerajinan Tenun Sarung Samarinda”. Pengrajin tenun sarung Samarinda yang bersuku Bugis, tersebar pada Kelurahan Baqa dan Masjid. Sarung Samarinda terbuat dari benang sutra yang berasal dari China yang kemudian diolah agar menjadi kuat. Benang tersebut kemudian ditenun dengan menggunakan alat tradidional yang disebut “gedokan” atau menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Satu buah sarung membutuhkan pengerjaan hingga selama sekitar 3 minggu.
Sarung Samarinda yang indah
Di sepanjang Jl. Pangeran Bendahara terdapat beberapa outlet yang menjual
Sarung Samarinda-enak dipandang nyaman dipakai
kerajinan Sarung Samarinda ini. Coraknya yang khas dan atraktif membuat sebagian orang memilih sarung ini sebagai cendera mata. Belakangan ini sarung Samarinda dibuat dari 3 macam benang, yaitu benang dari ulat sutra, benang dari sutra kembang dan yang terakhir adalah benang katun. Kisaran harga untuk sarung berbahan sutra adalah lebih dari Rp 200.000. Sedangkan bagi yang tidak menyukai sutra, dapat memilih sarung berbahan campuran katun, namun tetap dengan corak yang sama dan tentu saja harga yang lebih murah, yaitu sekitar Rp. 50.000, mungkin yang ini boleh dibilang tiruannya karena bagaimanapun yang namanya sarung Samarinda adalah yang berbahan dasar benang sutra dan dikerjakan oleh pengrajin sarung di daerah Samarinda Seberang.
Nah sahabat, jika anda sedang bepergian ke Samarinda atau Balikpapan jangan lupa membeli sarung Samarinda untuk oleh-oleh orangtua,kerabat,sahabat atau kekasih anda. Sarung Samarinda dengan bahan dan design yang berkualitas dan apik memang enak dipandang dan nyaman dipakai.
Terima kasih Semoga BermanfaatBanyaknya orang Bugis yang masuk ke daerah Kerajaan Kutai ini diperkirakan juga merupakan proses syiar Islam yang dibawa oleh para pedagang muslim dari Sulawesi Selatan.
Masjid Shirathal Mustaqiem
Pada tahun 1881 didirikanlah Masjid Shirathal Mustaqiem oleh Sayyid Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf atau dikenal juga dengan nama Pangeran Bendahara. Kini masjid yang berada di Samarinda Seberang ini menjadi salah satu icon Kota Samarinda karena merupakan masjid tertua sekaligus berlatar belakang sejarah berdirinya Kota Samarinda. Masjid yang terbuat dari kayu ulin ini tak banyak berubah sejak awal didirikannya. Empat buah tiang penyangganya terbuat dari kayu ulin utuh dan mimbarnyapun terbuat dari kayu ulin dengan ukiran yang indah.
Bagian dalam Masjid Shirathal Mustaqiem
Bagi pelancong yang mengunjungi Kota Samarinda, alangkah baiknya bila tidak melewatkan Kecamatan Samarinda Seberang. Dari pusat kota, Samarinda Seberang bisa dicapai dengan menyeberangi Sungai Mahakam melalui Jembatan Mahakam, kemudian belok kiri menyusuri Jl. Bung Tomo hingga Jl. Pangeran Bendahara, yang termasuk kedalam Kelurahan Baqa dan Kelurahan Masjid.
Apa saja yang dapat ditemui di Samarinda Seberang ini? Di Jl. Pangeran Bendahara kita bisa melihat Masjid Shirathal Mustaqiem . Selain itu terdapat pula sebuah rumah tua adat Bugis yang sekarang pengelolaannya telah diambil alih oleh Pemkot Samarinda.
Home Industry Sarung Samarinda
Karena sebagian besar penduduk Samarinda Seberang adalah bersuku Bugis, maka kebudayaan Bugis sangat terasa kental di daerah ini. Salah satu pengaruh Bugis yang telah dikenal luas adalah “Kerajinan Tenun Sarung Samarinda”. Pengrajin tenun sarung Samarinda yang bersuku Bugis, tersebar pada Kelurahan Baqa dan Masjid. Sarung Samarinda terbuat dari benang sutra yang berasal dari China yang kemudian diolah agar menjadi kuat. Benang tersebut kemudian ditenun dengan menggunakan alat tradidional yang disebut “gedokan” atau menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Satu buah sarung membutuhkan pengerjaan hingga selama sekitar 3 minggu.
Sarung Samarinda yang indah
Di sepanjang Jl. Pangeran Bendahara terdapat beberapa outlet yang menjual
Sarung Samarinda-enak dipandang nyaman dipakai
kerajinan Sarung Samarinda ini. Coraknya yang khas dan atraktif membuat sebagian orang memilih sarung ini sebagai cendera mata. Belakangan ini sarung Samarinda dibuat dari 3 macam benang, yaitu benang dari ulat sutra, benang dari sutra kembang dan yang terakhir adalah benang katun. Kisaran harga untuk sarung berbahan sutra adalah lebih dari Rp 200.000. Sedangkan bagi yang tidak menyukai sutra, dapat memilih sarung berbahan campuran katun, namun tetap dengan corak yang sama dan tentu saja harga yang lebih murah, yaitu sekitar Rp. 50.000, mungkin yang ini boleh dibilang tiruannya karena bagaimanapun yang namanya sarung Samarinda adalah yang berbahan dasar benang sutra dan dikerjakan oleh pengrajin sarung di daerah Samarinda Seberang.
Nah sahabat, jika anda sedang bepergian ke Samarinda atau Balikpapan jangan lupa membeli sarung Samarinda untuk oleh-oleh orangtua,kerabat,sahabat atau kekasih anda. Sarung Samarinda dengan bahan dan design yang berkualitas dan apik memang enak dipandang dan nyaman dipakai.